Senin, 13 Januari 2014

Si Benjol Bertingkah

Sebelum membaca, Mari kita teriakan kalimat "NGGAK PENTING BANGET!" buat tulisan gw nyang satu ini. BeCuz this is just the simple story of my experience, yang rasa-rasanya tak perlu di cerna dalem-dalem. Tapi gw merasakan ada just a little bit funny di dalamnya. Enjoy...

Menonjol keras, Berdiameter 5 cm, dengan ketinggian mencapai 3 cm dari atas permukaan kulit, terasa gatal dan sangat mengganggu. Sebuah benjolan parah (mirip 7 buah paku payung) beberapa minggu lalu nancap di bagian punggung gw, tepatnya di tengah-tengah antara tulang belikat gw yang simetris, yang membuat gw susah tidur sepanjang malam sebelum ramadhan, rasa gatalnya bikin gw pengen digaruk sama kuku-kuku Trio Macan. Dugaan sementara gw saat itu cuma jerawat batu kronis, Bentuknya memang menyerupai bisul tapi tidak memiliki ujung mata nanah, dan rasa sakitnya sangat terasa pada saat tertekan linggis atau tergesek parut kelapa. Gw agak parno juga, khawatir kalau itu adalah benih sel-sel kanker atau tumor jinak yang mulai menampakkan diri. Tapi syukurlah, setelah buru-buru cek-up, the dokter cuma memvonis kalau benjolan itu berupa tonjolan kelenjar lemak yang menumpuk.

Kelenjar lemak menumpuk? Nggak mungkin….Perasaan pola hidup yang gw jalani sudah seperti pola hidup artis kebanyakan, gw paling rajin yang namanya minum air putih (ala Afghan Syahreza), makan sayuran dan buah (ala Darius Sinatria), trus Puasa hari Senin sampai Kamis (ala Mpok Ati), kok bisa divonis kelenjar lemak menumpuk?. Apa nggak salah tuh dokter?. Tapi terserahlah apa kata dokter, mau bilang gw penumpuk lemak, penimbun lemak, atau mungkin produsen lemak yang penting adalah adakah obat yang bisa mengempiskan Si Benjol ini?.

Saat selesai Check up, The Dokter hanya memberikan resep berupa 3 jenis obat yaitu Antibiotik, pelentur otot dan pemecah lemak. Gw disuruh minum 3 kali sehari tuh obat. But I don’t know why, Si Benjol sepertinya tetap bertingkah dan gak mau pergi, masih betah bersemayam di tengah-tengah belikat gw. Ibarat kalimat frustasi "Hidupku laksana dihinggapi kecoa bunting", kemana-mana gw harus sabar membawa si Benjol itu ikut serta.

Akh, Kelenjar lemak dari mana sih? Awalnya gw agak nggak percaya dengan dugaan dokter yang juga kelihatan ragu-ragu saat memvonis, maklum dokter yang gw datengi bukan dokter spesialis kulit atau penyakit dalam, tapi Cuma dokter umum biasa di klinik 24 jam, dan Si Benjol Cuma dilihat, diraba dan diterawang, tanpa tes darah, ronsen atau tes lab.

Gw sempet juga punya niatan mendatangi dokter spesialisnya langsung, berhubung obat yang diberikan dokter umum biasa, belum juga mampu mengempiskan benjolan yang makin hari justru makin terasa menyiksa, karena setiap malam gw harus tidur dengan gaya Sunnah Rasulullah alias miring menghadap kiblat, karena sekalinya gw tidur telentang si benjol mengganjal dengan rasa sakit yang bisa bikin sesak paru-paru.

Kembali kita mengingat kalimat yang kerap diucapkan ustad-utadzah seantero jagat raya bahwa "Setiap cobaan pasti ada hikmahnya", mungkin keberadaan si benjol ini memberikan teguran buat gw untuk memperbaiki dan mencoba mengontrol semua makanan yang masuk ke lambung gw. Dendeng batako, gorengan genteng dan urap paku payung adalah menu yang coba gw hindari. Dan selama ini sekalinya gw makan, porsinya persis kayak orang yang sudah tiga hari tiga malem gak makan, ditambah menu campur aduk tanpa break apalagi jeda, abis itu ngagoler alias tidur tanpa duduk 2 jam dulu. Wajar kalau organ-organ pencernaan gw sekarat, sampe-sampe lemak aja bisa menumpuk dan nggak terurai begitu, di tambah gw yang jarang olah raga apalagi ngegym.

Tapi by the way, belajar dari ilmu kimia yang gw kenyam waktu di bangku SMA, gw inget kalau lemak bisa larut kalo di beri zat asam. Darisitu gw berpikir untuk coba-coba jamu atau minum minuman asam alami, mulai dari jamu kunyit asem, ampe ngeborong yang namanya jus belimbing keris (mpu gandring pula..). Ampun…yang ada lambung gw dibuat makin getol ngeluari asam lambungnya, perih dan mual.

Dalam kesabaran, gw mencoba share sama semua temen-temen kosan, temen-temen kantor, ampe ibu-ibu tukang jamu ontel yang gw temui dijalan (lebay!). Gw masih belum punya niatan buat ke dokter kulit langsung. Cuz sepertinya lumayan mahal juga kalau Cuma buat periksa gitu- gitu doang.

Sampai akhirnya, saat gw lagi nonton acara favorit bujang-bujang lapuk seIndonesia yaitu Take me out Indonesia, pas iklan gw tanpa sengaja disuguhin iklan sebuah produk minuman Green Tea yang menurut pabriknya bisa melangsingkan badan. Hmm… gw langsung kepikiran gimana kalo gw minum teh pahit tiap pagi dan malem, nggak harus merek di iklan itu, siapa tahu ada perubahan. And It’s so incredible…Benjol gw dalam 1 minggu melunak dan mengempis, saat ditekan sudah tak terasa sakit, dan gw bisa tidur dengan berbagai posisi yang gw suka. Dan Gw bisa mimpi nyampe Singapore lagi….

Mungkin Anda akan bertanya, kenapa teh hijau bisa dipakai sebagai salah satu zat di dalam produk pembakar lemak? Karena ekstrak teh hijau dapat meningkatkan tingkat oksidasi lemak di dalam tubuh, yang berarti tubuh Anda akan menggunakan lemak sebagai sumber energi dan hasilnya metabolisme tubuh Anda meningkat. Ekstrak teh hijau juga berguna untuk menurunkan kadar LDL atau kolesterol jahat di dalam tubuh Anda. Selain itu teh hijau juga mengandung kafein yang bermanfaat dalam pembakaran lemak (Wikipedia.com). Yah…mudah-mudahan Si Benjol Bertingkah yang mirip kecoa bunting nemplok itu tidak akan terjadi kembali.

Minggu, 22 Desember 2013

Ibuku Sayang Anakmu Malang….


        Sambil dengerin "Story of My Life"nya 1D pada moment mother’s day Hari ini, kucoba tuliskan sedikit memori masa kecil yang sedikit membenak dalam kalbu, yang mengingatkanku pada ibu dan ceritanya. Dalam cerita ini kucoba kurangi penggunaan bahasa yang biasa kugunakan sehari-hari yaitu bahasa alay-yers agar tak mengurangi arti dari tulisan yang ingin gw sampaikan.
        Masih ingatkah teman-teman semua dengan sosok abenk kecil yang sudah kuceritakan sedikit pada tuliskanku sebelumnya “Abenk Cyclic”, dimana abenk dilahirkan dengan ketampanan tiada tara namun dengan kelemahan yang tiada duanya haha…abenk kecil takut sama uang. Kenyataan yang selalu agak memalukan buat diceritakan. Tapi gpp-lah gw udah pasang  muka pager kalo ada orang yang mo nyindir, ngeledek maupun ngetawain. So what githuloch..! (tetap alay…).
         Abenk kecil yang takut sama uang dan rajin berangkat ke sekolah setiap pagi ini, paling marah kalau dibecanda-becandain “ini uang jajannya..nih pegang!” baik abang gw, sodara-sodara gw atau temen gw yang kebetulan nyamperin, semuanya sama-sama “nge-bete-in”. mereka gak ngerti juga masalah keanehan gw itu, mereka Cuma ketawa-ketiwi..padahal gw juga gak mau gituloh punya keanehan kayak begitu. Yah , penenangku Cuma satu pagi itu, ibu. Ibu yang selalu bilang : “udah…kalian jangan pada ribut, ini ibu titip uang jajan buat abenk yah, nanti jam istirahat temenin abenk jajan!”. Ibu selalu menitipkan uang jajan sekolahku pada siapa aja yang mo dititipin…Empat tahun dari kelas 1 – 4, rutinitas memalukan seperti itulah kejadiannya setiap hari sekolah.
         Rasa Sayang ibu mengingatkanku juga pada masa kecil yang nakal dan kalo minta sesuatu harus diturutin gimanapun caranya, saking kekeuhnya kalo minta sesuatu babeh suka capek ngomel-omel buat nasehatin. Sementara ibuku Cuma bilang “kalo punya keinginan jangan Cuma minta terus ngambek.., tapi usaha dulu..”. dan nasehat itu mengingatkan Gw banget pada moment waktu gw minta game-bot tetris yang harganya mahal banget Rp. 30.000 (thn. 1990) waktu itu, gw bela-belain sampe harus cari muka menjadi anak baik yang rajin membantu ibu nyapu rumah dan pekarangan tiap sore. Dan gw inget ketika gw ngiler sama mobil-mobilan Tamiya jadul yang masih pake kabel, gw minta sama ibu buru-buru di sunat biar uang sunatnya bisa buat beli mobil itu. Yah begitulah contohnya, memang agak absurd.
         Ibuku pernah bilang, “kamu adalah anak ibu yang paling alot kalo dibilangin, kenceng kalo nangis, udah kenceng lama lagi. Sampai-sampai tetangga satu RT suka bilang berisik kalo kamu lagi nangis”, yang biasanya gak jauh-jauh dikarenakan berantem ama kakak atau ditinggal ibu gak jelas kemana…ya begitu dekatnya ibu dihati, setiap kali ada apa-apa pasti yang diteriakin adalah ibu, setiap berantem adek kakak yang diteriakin pasti ibu. Bahkan ibuku pernah bercerita “masa balita mu itu paling susah yang namanya dikelonin, kecuali satu yang bikin kamu cepet tidur yaitu nete sambil ngelus-ngelus tali kutang ibu”…what! Gak mungkin akh bu, kok aku gak inget moment itu?. 
        Sejak bapak tiada, ibu memang struggle merawat kami berlima dengan segala suka dukanya. Ibu tak pernah berhenti bersemangat menjalani hari-harinya sabagai petani yang manjadi tumpuan perekonomian kami dulu, dan tak pernah mengeluh menjadi ibu bagi kami anak-anaknya yang nakal. Bagi seorang ibu, menjadi ibu bagi anak-anaknya saja sudah sebuah kebahagian yang harus disyukuri, begitu kata ibuku.
        Kini aku sudah mandiri bu, aku sudah menjadi abenk yang sekarang ini, semua adalah berkat ibu sama bapak. Tapi Hingga detik ini, aku belum bisa membahagiakan ibu sama bapak, bapak sudah pergi duluan disaat aku masih menyusahkannya dan disaat aku ingin membahagiakan ibu, kita dirundung masalah yang gak pernah ada habisnya . Meski ibu tak pernah minta apapun dari aku, tapi sebagai anak apalagi yang selama ini telah banyak menyusahkan ingin sekali membahagiakan ibu, skalipun hanya berupa perhatian. Ibuku Cuma bilang “perhatianmu pada adik-adikmu itu sudah membuat ibu seneng, kepedulianmu dengan masalah keluarga juga membuat ibu menjadi tenang”. Terima kasih ibu selalu mengerti dengan keadaan yang ada.
       Aku selalu berdoa "Ya Allah, berilah kesempatan untukku agar aku bisa membahagikan ibuku disisa umurku dan bahagiakanlah ibuku disisa umurnya." I Love You Mom..

Minggu, 15 Desember 2013

I'm Back Guys! Here i am Bro Ab’s!


  Abengers tercinta apa khabar…Sudah lama juga jari-jari telunjuk tangan gw ini tidak mencetak-cetuk papan keyboard, merangkai cerita-cerita yang sebetulnya banyak banget yang pengen dicurcolin, mulai dari yang unyu-unyu, yang bego, yang gila, berkesan dan yang penuh makna,   (disini kenapa kenapa gw cuma nyebutin jari telunjuk doang? Cuz gw ngetik masih pake sistem 11 jari namun super cepat....



Gara-gara dikompor-komporin ama blogers yang notabene adalah fans gw haha..yang pada sibuk texting, chat, comment, dan  negor langsung “mana neh..tulisannya”, gw jadi agak merasa termotivasi buat back to write..memang mengusir perasaan malas itu aduuuuuh susahnya minta ampun, ditambah faktor "u" yang bikin otak cepet ngantuk, lelah, dan males mikir… so guys, skrg sebagai tulisan pertama setelah gw vakum, gw mau certain kemana aja gw menghilang selama ini..(penting yah?)

Belakangan memang gw agak disibukan ama sinetron kejar tayang yang cukup melelahkan, judulnya…. “Tukang Somay Pergi Umroh” disitu peran gw jadi gerobak somaynya, kebayangkan gimana capeknya? nggak mas bro… dua tahun belakangan gw sibuk kejar setoran buat Menuhin kebutuhan hidup yang makin hari makin terasa membahenol. Bayangin selama 3 tahun belakangan double SPP kuliah (Sumbangan Pembinaan Pendidikan) harus gw penuhin setiap semesternya, ditambah pengobatan rutin adek gw yang tiba-tiba divonis terkena syndrome nefrotik yang kemudian menjadi momok dalam hidup gw, pengobatannya wajib dilakuin setiap bulannya, dimana harga obatnya cukup fantastis untuk ukuran perekonomian gw, hampir menyamai harga Sony Xperia Z1 perdua bulannya oh gosh…blm lg pernak-pernik kebutuhan rutin sehari-hari  yang cukup espresso…(kerasa, red). Untuk menyiasati keadaan yang begono gw kerja siang malem..siang pegawai, malem guru ngaji, sabtu minggu negalapak .. , gw sisihkan sementara gegap gempita kehidupan yg biasa penuh canda menjadi manusia serius yang sibuk mikirin cari utangan kesana-kemari  dan gimana cara bayarnya . Gak usah sedih  mas bro ama cerita gw. Rejeki Allah ada aja kok, dan gw ngejalaninya tetep happy, Cuma fikiran ini yang terbagi. Perasaan pasrah akan jalan Tuhan yang gw membuat semangat menghadapi semua ini  dan yakin satu hal bahwa Allah tidak akan memberi ujian diatas ketidakmampuan hambanya…meski hingga sekarang kenyataan tersebut masih berjalan, gw tetep mencoba fun. .

Dua setengah tahun belakangan juga gw diribetin ama yang namanya kuliah sore hingga malam yang cukup melelahkan dan bikin drop fisik dan fikiran. Alhamdulillah.. sekarang ini satu beban gw dah kelar, gw dah lulus jadi sarjana dengan IPK lumayan…,yah lumayanlah buat jajan...

Semua masalah, problematika dan urusan yang gak ada abisnya itu membuat otak gw males buat mikir apalagi nyari inspirasi cerita yang sebenarnya kadang suka terlintas dalam benak fikiran dan lubuk hati terdalam. Hanya saja untuk menuangkannya kedalam cerita curcol (curhat colongan) di social media begitu malas dan gak bergairah. Memang harusnya gw rajin minum minuman jos yah?, biar roso-roso!!

Welcome back guys..
Here i am "abenk si blacksweet limited edition.."

Minggu, 01 Agustus 2010

Di KeRuBung ApaRat

Entah dilihat dari sisi mana gw terlihat manis, dilihat dari sisi mana gw Nampak mirip artis, sampai-sampai 3 orang polisi, yang dua bertubuh six pack dan yang seorang lagi one pack alias cream-penk ngerubungin gw seperti wartawan ngerubungin ariel peterpan, dilihat dari sorot matanya mereka ngelihat gw seperti melihat lembaran uang kertas yang berterbangan di Jalan RayaBurning Dollar. Ada apa gerangan?

Sebulan yang lalu, tepatnya 4 Mei 2010, dalam suasana terik matahari yang cukup bikin tenggorokan gw dehidrasi. Gw disergap Aparat pemerintah itu seperti seorang curanmor. Gw bener-bener dibuat malu didepan umum.

Seumur-umur gw punya sedan biru (baca : motor biru, red), baru kali ini gw dikatain melanggar aturan lalu lintas sama polisi. Entah dari mana penilaian itu, cuz kesalahan yang gw lakukan sepertinya bukanlah kesalahan yang ekstrim apalagi disengaja melanggar undang-undang. Tapi apa daya, bagi mereka tugas adalah tugas, tilang adalah tilang, dan uang adalah uang. Gak ada toleransi, nggak ada peringatan, nggak ada kompromi, yang ada hanya transaksi rupiah sebagai denda, tawar menawar harga, serasa tukang cabe keriting di pasar Induk. Gw sebagai pengguna jalan raya merasa nggak etis rasanya mendengar komentar dan ocehan mereka yang seperti kaleng kerupuk kosong dipukul ama gagang sapu ijuk (Dong!!!) Alias Bullshit!.
:mRempit:Pagi hari itu gw buru-buru dateng ke sebuah gedung di kawasan Jl. Juanda – Bogor, dimana gw akan di ambil sumpah pegawai sebagai seorang Abdi Negara. Dengan setelan kemeja putih mengkilap yang baru gw beli malam harinya dan celana biru gelap yang gw pake, wusssh! Gw berangkat langsung tanpa memperhatikan kondisi motor gw saat itu. Saking nggak sabarnya gw pengen nunjukin kemeja putih baru gw itu, gw ngebut dan sama sekali nggak merhatiin kalo PLAT NOMOR bagian belakang motor sudah berada dalam posisi ontal-antil alias mau copot gara-gara baut murnya lepas satu.

Beruntung masih ada orang baik dimuka bumi ini, pengendara motor yang nyalip sebelah kanan gw tiba-tiba bilang “Mas, itu platnya mau jatuh”. Mengkhawatirkan memang, kalo sampai plat nomor itu jatuh dan hilang tanpa jejak. Bergegas gw ngerem kepinggiran jalan, dan kutengok benarlah adanya posisi plat nomor belakang memang sudah ontal-antil (kata majemuk jawa). Dan mur bautnya memang sudah mental entah kemana.

Sebagai orang Indonesia yang taat pada budaya Akh, entar aja ah…. Gw langsung copot aja itu plat, gw berencana memasangnya kembali nanti setelah pulang ke kosan. Gw masukin itu plat nomor ke dalam bagasi motor, dan lanjutkan perjalanan .

Siang berlalu, acara sumpah pegawai kelar, tanpa perasaan khawatir apapun, gw tunggangi itu motor hendak menuju ke kantor. Terhentilah langkah sepeda motor gw di Lampu Merah depan Istana Presiden yang letaknya tidak jauh persis dari gedung dimana gw ada acara.

“Mas, Kamu kepinggir! :police:” Tiba-tiba seorang polisi cream-penk yang lagi berdiri disudut lampu merah mendekat ke motor gw yang lagi berhenti, dengan gaya sok megang walkie-talkie.

Tanpa pikir panjang gw langsung menepikan si Biruku itu mendekat ke pos polisi yang memang berada dekat lampu merah. Gw bener-bener jadi Badut Lampu Merah siang itu, jadi tontonan menarik para pengemudi kendaraan yang juga lagi berhenti di lampu merah.

“Mas, tahu kenapa saya suruh minggir” Gw Cuma diam.
“Plat nomor belakang mas nggak ada, jadi mas saya tilang!”

“Pak, saya menyimpan nomor plat itu dalam bagasi, karena tadi pagi sudah dalam posisi mau lepas, sementara saya harus buru-buru”. Gw coba melindungi diri.

Apapun alasannya, Mas sudah melanggar! mana SIM dan STNKnya!”
Siapa sih yang berani nolak polisi? Langsung gw sodorkan juga SIM dan STNK yang diminta.

“Mas Saya tilang!” Si Creampeng mencoba menegaskan.

“Pak, tak perlu ditilanglah…,saya bisa pasang sekarang plat nomor itu”
Si Creampeng Cuma diem sok tegas sambil berkata “Mas ke pos dulu!”. Dia nyuruh gw ke pos yang disana sudah ada dua polisi yang lagi pada update FaceBooknya lewat BB.

Sepertinya kompromi ama si creampenk sudah gak berarti, gw sudah pasrah, ditilang, ya sudahlah. Dalam kepasrahan gw itu, ternyata keluar statemen polisi yang bikin gw empet.
“Mas mau sidang atau denda disini?!”

“Sidang aja pak.” Gw mencoba mempasrahkan diri sebagai WNI yang baik.

“Tapi Jadwal sidangnya kemungkinan 2 bulan lagi, karena sekarang lagi banyak kasus!”

Entah alasan klise atau memang fakta, gw dibuat memilih sidang dengan menunggu waktu selama itu atau denda ditempat.

“Mas, belum pernah ditilangkan, sekali-kali ditilangkan gapapa..., udah denda sekarang aja…?” satu orang polisi yang lagi selonjoran tiba-tiba nyeletuk nggak jelas. “Daripada nunggu 2 bulan..!”.
Hati gw mulai tergoda juga dengan tawaran itu, berhubung gw lagi banyak duit waktu itu. “Ya sudah pak, saya perlu denda berapa?” agak kesel juga sih sebenarnya.

“60.000 mas, mas bisa langsung jalan.”
“Pak saya nggak bawa uang sebanyak itu, saya Cuma ada 20.000!” gw berpura-pura.
“Ya sudah 50ribu!”
“Nggak ada pak, sumpah”.
Sepertinya 2 polisi itu gak percaya kalo gw sama sekali nggak ada uang.

“Ya, Sudah pak saya Cuma ada 30ribu nih, kalo bapak nggak mau terima ya sudah, terserah bapak mau gimana, ditilang nunggu 2 bulan gak masalah, saya adanya Cuma segini.”
Sepertinya kata-kata tawaran gw mematikan. Mereka terdiam melongo, sampe-sampe gw melihat tanda rupiah di atas kepalanya tiba-tiba pecah Praaaank! (Berasa gambar Komik).
Akhirnya 30ribu gw melayang juga ke tangan si Mpolici itu

Miris…, masih ada juga oknum pemerintah yang ngemis-ngemis rupiah dijalanan. Sekarang apa bedanya tingkah pola mereka sama pengamen atau tukang palak.
Rp. 30.000 = makan siang 3 orang polisi = Beramal

Abenk Cyclic (Siklus Abenk)

Sebuah Pertanyaan :
“kok panggilanmu abenk sih?”
Terkadang tiba-tiba keluar dari mulut fans gw yang keheranan kalau sudah tahu nama asli gw sebenarnya. Ya, gw juga bingung kenapa nama itu lebih popular ketimbang “Agus Waluyo” yang notabene nama bawaan sejak orok. Sejak SMP, gw sudah dipanggil teman-teman seangkatan gw dengan sebutan yang kereen itu . Buat yang pertama kali denger mungkin terkesan seperti nama Blasteran Jawa TiongHoa gimana gitu, “Koko Abenk, beli cerutunya donk PeGo...”. Tapi memang nggak bisa disalahkan juga karena gw memang ada sedikit keturunan cina, kalau temen gw bilang sih Cina Gosong bermata besar (Cina apaan tuh!).

Baiklah, akan kuuraikan kisah singkatnya “Just 4 Smile”.

Gw sebenarnya terlahir dengan nama full Agus Dimas Waluyo Hasan Sanapi, “Agus” bukan diambil dari nama bulan dimana gw dilahirkan cuz gw lahir bulan April, entah darimana Alm. babeh dapet inspirasi, “Dimas” itu lawan kata dari Nyimas, yaitu panggilan ningrat yang artinya anak laki-laki yang bagus, baik, ramah, dan rajin menabung, berharap gw keturunan Brama Kumbara atau Nyai Mantili, Kalau “Waluyo”itu singkatan Wage Wolu Loro (Hari Wage 82) yang artinya Hari wage tahun 82 dan sisanya itu, adalah nama belakang Babeh yang ikutan diembel-embelin.

Dengan nama itu gw dianugerahi kekurangan yang kalau gw sadari sekarang adalah sebuah keunikan dari Tuhan, yaitu gw paling takut sama yang namanya “UANG”, memang terdengar aneh, uang dimata gw waktu itu seperti kumpulan bakteri-bakteri yang saling berangkulan dan mengeluarkan bau amis dan bikin mual. Entah apa penyebabnya, waktu itu gw masih terlalu mungil untuk mempertanyakan hal tersebut, kemungkinan jaman dulu uang yang selalu gw pegang-pegang kebanyakan uang logam kembalian dari tukang ikan yang basah, tangan orangnya berdaki, berminyak, berlendir ampe kapalan.

Hingga kelas empat SD gw menjalani keanehan tersebut, dan saat itu gw bener-bener merasakan "betapa nggak enaknya nggak bisa megang uang" (seperti kata pejabat-pejabat jaman sekarang...). Ketika lonceng istirahat berbunyi "teng, teng, teng!" dimana teman-teman gw jajan, gw Cuma bisa duduk-duduk ngobrol , bermain dan terkadang sesekali ngiler memandangi mereka makan dan minum, biarpun begitu gw tetap menjadi anak kecil yang ceria menjalani hari-hari disekolah, dan tercatat selalu masuk The Big Three (ge-er mugholazoh! Alias Narsis abis). Sampai-sampai Kebiasaan jarang makan itu terbawa hingga sekarang, yaitu gw paling jarang makan siang sejak SD dulu. Gw lebih mengenal Makan besar di pagi dan Sore hari. Pagi, nasi warteg serantang sama oreg-oreg dan sambel goreng kentang, sore hari hajar lagi sama nasi dua pincuk plus ayam bakar, plus tempe bakar plus ati ampela goreng ama sambel dan lalapannya (begitu contohnya). (Yang begitu kau bilang jarang makan?)
Keunikan gw tersebut ada untungnya juga buat emak gw, karena tiap hari gw nggak pernah minta uang jajan kalau pergi ke sekolah. Tapi mungkin ada ketakutan juga dalam diri emak gw, gimana kalau gw besar nanti?, gimana caranya bisa nyari duit?, gimana bisa ngidupin anak istri? dll…. Ketakutan emak itu membawa gw menemui orang pintar bertitle Haji di kampung kelahiran gw, sampai akhirnya Pak Haji memvonis kalau gw kelebihan beban pada nama alias keberatan nama, Sambil diberi air minum yang sudah diberi doa-doa, beliau menyarankan agar nama gw dikurangi, dan akhirnya melalui pertimbangan-pertimbangan yang matang dan wangsit yang menurut Pak haji terima, dipenggallah namaku hingga tersisa dua suku kata “Agus Waluyo”. Padahal, seandainya saja waktu kecil gw udah paham masalah magic itu, gw minta yang dipenggal jangan “Dimas”nya tapi “Agus”nya aja yang terlalu market-an.

Dan Doa-doa pak Haji sepertinya sangat manjur, nggak tahu sugesti, hipnotis atau jalan Tuhan, yang jelas habis malam berobat, bangun tidur pagi-pagi, mandi, dandan, berangkat sekolah dan “Mak…mana uang sakunya”. Nggak tahu gimana perasaan emak gw waktu itu, saat itu gw nggak paham apa yang terjadi, keanehan itu benar-benar hilang bagai ditelan bumi.

Ketika duduk dibangku kelas 1 SMP, nggak tahu kenapa perasaan risih dan males kalau dipanggil dengan sebutan “Agus” muncul begitu saja, dikelasku ada 3 nama Agus yaitu “Agus Sugianto, Agus Purwanto dan of course Si Murah Senyum “Agus Waluyo” (piss!). Ketika salah satu teman ada yang memanggil “Aguuuuus!!!”, menengoklah kami bertiga (100% Be-Te). Itu baru satu kelas doang, belum lagi kalau dijumlahin satu SMP, satu kampung, satu angkot plus satu pasar. Apalagi kalau gw iseng-iseng buka phonebook di Yellow Pages, gw Cuma bisa geleng-geleng kepala. Sampai Akhirnya gw sepakat sama temen segenk SMP, kalau kita harus punya panggilan-panggilan aneh waktu itu. Sepakatlah kita segenk besar punya nama-nama panggilan gaoool gitu dech, ada “Kumel” (Yanto), “Ajay” (Nurjaya), “Kuplax” (Jamal), “Ceker” (Bambang), “Bandi” (juwandi), “Demblo” (Ade G), “Tompel” (Mamat), “Dopar” (Mudofar), dan masih banyak lagi. Pokoknya aneh-aneh tapi tetap punya arti tersendiri. Dan giliran gw di dampratlah dengan julukan “Abenk”, alasannya sih karena gw sering nunggu dan turun angkot depan bengkel, jadi dipadatkanlah menjadi Abenk (Anak depan Bengkel). Awalnya Aneh juga dengernya, gw minta ganti huruf B-nya dengan huruf G biar agak kerenan dikit, tapi malah dibilang udah banyak yang pake nama itu. Haduh mau gimana lagi…..padahal gw berharap bisa dipanggil David, Thomas, atau Chiko gitu. Tapi apa daya komentar gw ditanggapin tapi tidak dianggap, alias temen-temen menerima tapi tetap saja mereka memanggil gw dengan sebutan ABENK. Mau nggak mau gw harus nengok.

Menginjak SMU ampe kuliah panggilan itu terus digunakan, berhubung ada temen genk yang selalu saja satu sekolahan dan satu kampus. Siklus yang gw sadari adalah sebatas itu, selanjutnya entah gimana pola rantainya sampai hampir 95% temanku lebih nyaman memanggilku ABENK. Yah, Abenk Si Blacksweet Limited Edition.

Whatever-lah anda mau memanggilku apa, mau Agus, Abenk, Thomas, David, Chiko, Adly, atau apalah mboten nopo-nopo cuz seperti Pepatah "Apalah artinya sebuah nama". Dan sepertinya, Namaku juga tidak mempunyai makna yang mendalam seperti kata-kata bijak "Nama adalah Doa orang tua" cuz Orang tua jawa jaman dulu apalagi yang awam tentang agama lebih mengedepankan wangsit ketimbang doa. Tapi judul album Peterpan "Sebuah Nama Sebuah Cerita", mungkin pepatah yang tepat buat my familiar name "ABENK" yang belum sempat di bubur merah-bubur putihkan.

Hmmm andai saja seluruh pejabat negeri ini diberi keanehan seperti Abenk kecil, mungkin tak akan ada korupsi (Sambil bertopang dagu, red)

Sabtu, 24 Juli 2010

28 Tahun Welcome...Gw Matang Gonad.

happy birthday arashi-yukawa2 April 2010 genap menghantarkan umur gw pada angka yang sudah tidak muda lagi. Bertambah sekaligus mengurangi jatah hidup gw dimuka bumi ini. Gw ngerasa masih banyak rencana dan harapan yang belum gw laksanakan, wujudkan dan hasilkan. Meskipun begitu, gw masih tetap terus bersyukur dengan apa yang sudah Tuhan berikan dalam hidup gw selama ini dan insya Allah tidak akan pernah pupus rasa syukurku padaNya. Amin.

Setahun sepertinya bukanlah waktu yang lama, dan sepertinya tahun demi tahun gw lewati tanpa terasa, rasa-rasanya baru kemarin gw merasakan umurku ganjil 27 tahun, kini sudah nambah satu tahun lagi. Dan rasa-rasanya baru kemarin gw mencukur bulu gw dimana-mana, kini sudah tumbuh lagi (Kalimat error!)

Usia 28 tahun sepertinya usia yang kata orang sangat pas untuk memulai sebuah kehidupan yang orang menyebutnya sebagai pernikahan. Ibarat Hewan laut si “Bulu Babi” kalau dalam istilah perikanannya adalah sudah matang gonad alias sudah siap membuahi. Waduh, kok gw disamain sama ikan.
Masalah kawin, memang sekarang sudah mulai masuk dalam daftar List My Hope yang gw simpen di Note Handphone gw, selain Rumah dengan kolam ikan Koi yang besar, Restoran Pecak Lele Nyokap, Tanah, Stasiun Radio ZonaMuda FM, Mobil Avanza second, HP Nexian terbaru dan Lampu emergency untuk di kostan yang sering mati lampu.
Memang dalam List My Hope gw itu, sepertinya Cuma kawin yang bisa masuk di akal dan bisa diwujudkan secepatnya tanpa harus mengeluarkan modal dan biaya yang cukup besar. Tapi apa mau sayangKu nikah Cuma modal akad doang tanpa resepsi?. (Ciah…sayangku…:-)).
:mLove::mGuilty:
Angan-angan lainnya memang Terlalu muluk-muluk, mengingat gaji PNS golongan II yang tak seberapa, paling-paling cukup sekedar buat beli Beras sekarung ama tempe mentah sebakul. Tapi tak apalah, list harapan-harapan itu sekedar buat penyemangat saja dalam menjalani hidup, bekerja dan berkarya.

Perjalanan gw sebagai seorang manusia ganteng di muka bumi ini masih panjang dan harus gw tempuh dengan Spirit and Never give up, entah sampai kapan, Only God Knows.

28 tahun, gonadku matang, birahi memuncak, pengen khawin, fikiran ruwet, beban hidup yang makin berat, pekerjaan yang monoton, perekonomian bagi rata, adek yang pada pengen kuliah, bokap almarhum, kreditan belum lunas, inget nyokap sendirian di kampoong, abang gw pengangguran, udah lama gak ziarah, akh…..semua fikiran tersebut mewarnai hari-hari gw. Selamat datang 28 tahun, life is beautiful, love is beautiful and money is beautiful, and No Money No Happy. (Dasar Matree!).



:mNo:No........!

Di Simpang Jalan


Setiap hari, setiap pagi, setiap sore, setiap Senin sampai Juma’t sampai ketemu Senin lagi, gw mondar-mandir Bogor-Cibinong-Cibinong-Bogor mirip setrika arang. Bedanya kalau setrika mulutnya yang mancung, sedangkan gw hidungnya yang mancung, lainnya semua sama, yaitu item, panas, gerah, berdebu dan berasap. Selain kepanasan, Kadang kehujanan, kadang keanginan (keanginan sudah pasti!), pinggang encok, pundak rematik, paha keram juga mewarnai perjalanan keseharian gw dalam mencari sesuap nasi.

Jarak Kontrakan – Kantor atau sebaliknya, yang hampir mencapai 21 km, biasanya gw tampuh dalam waktu 45 menit, paling cepat 30 menit. Terkadang waktu tempuh bisa mencapai 1 jam lebih jikalau sedang terjadi kemacetan parah dibeberapa titik persimpangan di sepanjang jalan Bogor – Cibinong yang gw lewati. Gw merasa jalan raya menjadi semakin sempit saja dan setiap kendaraan saling berusaha untuk menerobos kemacetan itu dengan saling berebut peluang, mirip sekali dengan tingkah laku gerombolan semut yang lagi pada rebutan tahi cicak (Semut yang aneh..?). Waktu tempuh tersebut belum ditambah dengan waktu berhenti di Lampu Merah, mampir di Pom Bensin, atau sekedar nambal ban motor yang suka nyium paku. Kalau dihitung-hitung, bolak-balik tersebut bisa menghabiskan 1 liter bensin perhari.

:mRempit:Macet memang menjadi menu harian, Bistik knalpot, sayur debu, dan jus Karbon, jadi santapan sehari-hari. Meski melelahkan, tapi perjalanan itu tetap menenangkan. Kepenatan dan kejenuhan di tempat kerjaan bisa hilang sejenak, dengan melihat hiruk-pikuk jalanan yang semrawut mirip urapan jawa. Menenangkan karena terpaan angin dibadan serasa membawa gw terbang (berasa Ali Topan anak jalanan :-)), meski terkadang suka bikin gw masuk angin. Apalagi saat helm gw buka, angin serasa memberikan pijatan refleksi di urat-urat wajah gw yang mirip Adly Fairuz (tetep maksa?), meski gw sempat dibuat bengek sama asap knalpotnya.

Dalam pandangan mata gw yang mirip biji jengkol, di tengah hiruk pikuk kehidupan jalanan yang panas dan berdebu, ternyata tetap ada yang menjadikannya sebagai ladang untuk mencoba mengais rezeki. Pengemis, pengamen dan pedagang asongan memang umum mewarnai riuhnya persimpangan jalan atau lampu merah. Mereka berpacu dengan debu yang menderu, asap yang merebak dan suara klakson yang menggonggong.

Sepanjang jalan, mau tidak mau gw selalu mengamati tingkah laku mereka, dan semakin mata gw mengamati, semakin gw tahu betapa hidup memang harus disyukuri.
Monk Emote -PrayAlhamdulillah...